Humanitarian Aid as Weapon: Opioid Mematikan dan Obat Kemandulan US–Israel di Gaza

Ilustrasi bantuan GHF di Gaza (Pic: Meta AI)


Kantong bantuan makanan dilaporkan mengandung oxycodone, narkotika mematikan, serta obat kemandulan, yang jika benar berarti jelas melanggar konvensi HAM internasional


Gaza Humanitarian Foundation (GHF), sebuah badan bantuan kemanusiaan yang didukung AS dan Israel, mulai beroperasi 26 Mei 2025, mengambil alih distribusi bantuan pangan di Gaza, di tengah blokade dan krisis kelaparan massal.


Tujuannya adalah melepas kontrol Hamas—tapi kenyataannya malah menimbulkan kekerasan massal: lebih dari 400–550 warga Palestina tewas dan ribuan terluka saat berebut bantuan pangan.



Insiden Kematian dan Kekerasan Saat Pembagian


GHF memilih empat titik distribusi militer, diantaranya di Rafah dan Netzarim, menggunakan pengaman AS dan Israel.


Penduduk harus melalui pengawasan biometrik dan berjalan jauh untuk mendapatkan bantuan—tetapi acara itu memicu kebingungan dan sering berubah brutal:

Penembakan, gas air mata, dan proyektil non-mematikan digunakan oleh pengawal keamanan.

Setidaknya 500–550 tewas saat mengantre, seperti diakui oleh UN dan Oxfam.

Eksekusi atas narapidana dan kriminal bersenjata yang memanfaatkan situasi juga terjadi.



Tuduhan Obat-obatan Mematikan & Alat Kemandulan


Laporan dari Economic Times menghebohkan: kantong bantuan makanan dilaporkan mengandung oxycodone, narkotika mematikan, serta obat kemandulan, yang jika benar berarti jelas melanggar konvensi HAM internasional.


Agen Al-Qur’an dan undang-undang internasional melarang eksploitasi obat dengan tujuan merusak populasi sipil.



Mekanisme Politik dan Militer


GHF dikontrol oleh tokoh politik AS–Israel, termasuk:

Pastur evangelis Johnnie Moore, mantan penasihat Trump,

Agen CIA dan kontraktor militer swasta seperti Philip Reilly (ex-Blackwater).

Kasus ini mengaburkan garis antara misi kemanusiaan dan strategi militer: Bantuan dipuppetkan sebagai instrumen kekuasaan, bukan keselamatan.



Kritik dari Internasional


UN Secretary-General António Guterres menilai model bantuan ini sebagai “slaughter masquerading as humanitarian aid”.


MSF (Doctors Without Borders) menyebutnya sistem distribusi penuh risiko dan kontrol, mengorbankan wanita, anak-anak, dan kelompok rentan lainnya.


UNRWA, Amnesty International, FIDH, dan banyak LSM mendesak investigasi serta penghentian operasi tim ini karena potensi pelanggaran HAM internasional.



Interpretasi Etis & Politik


Dari sisi kemanusiaan,  bantuan jadi maut, bahkan prajurit/kontraktor lebih berbahaya dari kelaparan itu sendiri.


Secara politik, redefinisi “human effort” menjadi instrumen kontrol wilayah dan populasi.


Sedangkan bila ditinjau dari Hukum HAM, jika terbukti menggunakan obat-obatan mematikan, ini bisa menjadi tindak genosida atau kejahatan perang.


Media Barat sebagian besar tutup mata—narasi kemanusiaan dikompromikan. Sementara itu media alternatif dan kelompok HAM mengguncangnya.



Apa yang terjadi di Gaza menimbulkan pertanyaan mendalam: Apakah bantuan bisa menjadi alat penghancur—bukan penyelamat?


Jika benar paketan bantuan mengandung opioid mematikan dan alat kemandulan, ini jelas melanggar norma HAM internasional dan merupakan bentuk ekstrem penggunaan pangan sebagai senjata.


Setiap distribusi kemanusiaan harus tunduk pada prinsip dasar: Netralitas – Kemanusiaan – Tidak diskriminatif – Independen.


GHF secara terang-terangan melanggar empat pilar tersebut, beralih menjadi “instrumen kontrol populasi”.









Referensi

  • Guardian. (2025, June 27–30). Medical staff struggle… Gangs fight over aidIsrael continues deadly Gaza attacks   
  • Reuters. (2025, June 24, 27). US to give $30 million to Gaza Humanitarian FoundationMamdani’s NYC win sparks surge in anti‑Muslim posts  .
  • Economic Times. (2025, June 2025). Gun, bombs—and now drugs?  .
  • UN Guterres spokesperson. (2025, June 28). Slaughter masquerading as humanitarian aid  .
  • Wikipedia et al. (2025). Gaza Humanitarian Foundation – operations & violence ().

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Vera Fernanda SMP Taman Siswa Karyanya Lolos Prestasi Nasional

Trump Bungkam Aktivis! Mahmoud Khalil Ditangkap dengan Tuduhan Absurd

RUU TNI Disahkan: Reformasi atau Kemunduran Demokrasi?