Ini Kisahku (8) Gogong Si Kucing Ngesot
Gogong kucing ngesot terkasih (pic: rita mf jannah) |
Sebetulnya banyak ragam cerita tentang kucing-kucingku yang lain, tapi tampaknya aku pada titik jenuh untuk menceritakannya, sebab mengenang kembali ke belakang, mengingat masa lalu bersama mereka, mengurai kembali cerita kesedihan karena kehilangan mereka.
Jadi tampaknya ini merupakan cerita akhir bersambungku tentang kucing-kucing kesayanganku, suatu hari nanti bila aku tak jenuh lagi, aku akan kembali menceritakannya. Yang pasti aku termasuk tipe orang yang tidak suka terlalu lama berkubang dalam masa lalu yang pahit, aku lebih suka cepat bangkit, meski kadang ada keinginan menceritakannya kembali.
Di akhir ceritaku kali ini, aku akan menceritakan tentang Gogong, seekor kucing kecil yang kutemukan dekat tong sampah di kantorku, ia bersama induknya, naik turun tangga demi mencari secuil makanan pengganjal perutnya.
Beberapa waktu sebelum aku menjumpainya ngesot, aku pernah berpapasan di sebuah jalan dekat kantin, ia masih baik-baik saja, berlari-lari kecil layaknya kucing kecil sehat bersama induknya, namun berita yang kudengar ia tak sengaja tertabrak sepeda motor hingga kakinya pincang, dan penabraknya tak bertanggung jawab sedikitpun hingga membuatnya cacat seumur hidup.
Sedih sekali saat berjumpa kembali dengan kucing itu dalam keadaan cacat, ngesot kesana kemari mencari makanan jatuh demi mengganjal perut kecilnya, sempat menitikkan air mata saat melihat penderitaannya.
Aku tak suka berlama-lama melihat sebuah penderitaan yang dialami makhluk Tuhan, itulah kenapa aku memutuskan membawanya pulang ke rumah dan merawatnya.
Sesampai di rumah aku memandikannya, menyediakan makan dan pasir untuk keperluan buang hajatnya, tapi rupanya ia kesulitan melakukannya di pasir, mungkin selama ini ia bebas lepas buang hajat di luar sana dengan tanah lapang yang tak terbatas saat sebelum kupungut.
Memang lama kelamaan dia terbiasa buang hajat di pasir meskipun berantakan dimana-mana, dan wadahnya pun berbeda dengan wadah pasir kucing normal, akhirnya aku berusaha memodifikasi sendiri wadah pasir rata untuk keperluan kucing ngesot yang kemudian kuberi nama Gogong.
Beberapa minggu pemakaian pasir untuk buang hajatnya terpaksa kuhentikan, sebab aku melihat kaki kecilnya luka-luka terkena pasir akibat kegiatan ngesot yang dijalaninya. Berusaha cari akal lagi, akhirnya kupakaikan diapers, itupun lepas terus, sangat tidak mudah, lepas berkali-kali, akibatnya kotoran ada di mana-mana.
Tak ada pilihan lain, demi keamanan dan kesehatannya, terpaksa kuletakkan di kandang, dengan alas diapers alias popok untuk orang dewasa, jadi Gogong bisa leluasa untuk melakukan apapun di atasnya tanpa takut terluka ataupun kotoran dimana-mana.
Aku tak mau menceritakan seperti apa kemudian kehidupan Gogong selanjutnya, yang pasti ia bahagia bersamaku, tak perlu lelah lagi mencari makanan, ataupun tak perlu lagi ketakutan kelaparan bila kantin tutup karena hari libur.
(Tamat)
Comments
Post a Comment