Tak Perlu Buru-buru Impor, Indonesia Bisa Swasembada Pangan

Dirut Bulog Budi Waseso (pic: investor.id)


Buwas akan memaksimalkan penyerapan beras dalam negeri, dengan cara membeli beras di daerah-daerah yang produksinya melimpah dan menyuplai ke daerah-daerah defisit beras



Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso saat webinar PDIP, Kamis (26/3/2021) menyatakan tidak tahu menahu kebijakan pemerintah untuk mengimpor 1 juta ton beras, sebab dalam rapat kordinasi terbatas (rakortas) yang dihadirinya tidak ada pembahasan tentang hal itu, namun dalam proses perjalanannya ternyata ada kebijakan impor.


Dalam rakortas yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan dihadiri sejumlah menteri saat itu, hanya membahas tentang kesiapan jelang bulan puasa dan Lebaran serta segala aspek pangan, termasuk prediksi panen dan ketersediaan beras.


Bahkan pihak Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan Maret-Mei 2021 merupakan masa panen raya sehingga produksi gabah dan beras diproyeksi surplus.



Rakortas 2018 Bulog menjaga CBP


Bulog sesuai kebijakan rakortas 2018 memang memiliki penugasan untuk menjaga stok cadangan beras pemerintah (CBP) dikisaran 1-1,5 juta ton, karena saat itu Bulog terlibat dalam program bansos rastra dengan menyalurkan beras sebanyak 2,6 juta ton per tahunnya.


Sehingga pemerintah memutuskan impor beras sebanyak 1,8 juta ton di 2018, mengingat stok beras di Bulog kala itu hanya sebesar 600.000 ton.



2019 program bansos rastra diganti BPNT


Tahun 2019 program bansos rastra diganti menjadi bantuan pangan non tunai (BPNT), akibatnya Bulog kehilangan hilir untuk menyalurkan stok CBP yang baru bisa disalurkan bila ada penugasan dari pemerintah.


Itulah kenapa hingga saat ini masih ada 275.811 ton beras hasil impor 2018 yang tersimpan di gudang Bulog, di mana sekitar 106.000 ton diantaranya mengalami turun mutu.


Penyerapan Bulog telah disesuaikan dengan penyaluran, sepanjang Januari-Maret 2021 Bulog telah menyalurkan beras CBP untuk operasi pasar sebanyak 123.000 ron, untuk tanggap darurat bencana 1.134 ton, serta untuk golongan anggaran 15.000 ton.


Ini berarti, dalam tiga bulan terakhir rata-rata penyaluran CBP hanya sebanyak 140.000 ton. atau secara bulanan rata-rata hanya 50.000 ton, yang dalam setahun diperkirakan mencapai 600.000 ton, berbeda jauh dengan kondisi 2018 lalu yang memang angka penyalurannya tinggi.


Ketentuan Bulog memiliki CBP 1-1,5 juta ton merupakan keputusan rakortas 2018 yang bersifat sementara, bukan keputusan tetap, namun kenyataannya dipakai hingga saat ini, padahal bansos rastra sudah tidak ada.



Indonesia bisa swasembada pangan


Data proyeksi Kementerian Pertanian (Kementan) dan Badan Pusat Statistik (BPS) terkait produksi beras nasional tahun ini surplus, sebab mencapai 14,54 juta ton, naik 3,08 juta ton atau 26,84 persen dibandingkan periode sama di 2020 yang sebesar 11,46 juta ton m, sehingga dinilai tak perlu impor beras.


Persoalan beras yang menumpuk akibat sisa impor dan penyerapan yang terus dilakukan tiap tahun tetapi penyaluran rendah, telah dikomunikasikan Buwas dalam setiap rakortas, namun hingga saat ini belum ada keputusan.


Buwas memastikan akan terus memaksimalkan penyerapan beras dalam negeri, dengan cara membeli beras di daerah-daerah yang produksinya melimpah dan akan menyuplai ke daerah-daerah yang defisit beras, sebab dia yakin Indonesia bisa swasembada pangan dan tidak perlu buru-buru menyatakan impor.



Sumber: kompas.com

Comments

Popular posts from this blog

Borneo Writers Club, Ajang Berkumpul Penulis Cilik Berbakat Kalimantan

Cinta di Balik Kegelapan (1)

Yang Tersisa dari Upacara Peringatan Kemerdekaan ke-79 RI: Pembawa Baki Bendera yang Terganti