Setelah Membantai Kucing di 2019, Kini Australia Diserbu Ribuan Tikus

Illustrasi tikus (pic: m.jpnn.com)


Serangan ribuan tikus selain  menyebabkan gangguan dan ancaman bisnis, juga dapat menjadi vektor penyakit, yang dapat menyebabkan gastroenteritis akut



Pemerintah Australia pernah memiliki target membunuh 2 juta ekor kucing liar pada 2020 untuk melindungi spesies hewan asli Australia, untuk itu di tahun 2019 pemerintah setempat memerangkap, menembak, dan membunuh kucing-kucing liar secara mengenaskan dalam waktu 15 menit karena menyantap sosis yang sengaja dicampuri racun


Dan kini tampaknya pemerintahan itu kena imbasnya, sebab setelah kebijakan pembantaian kucing besar-besaran dilakukan, kini di 2021 ada pemandangan yang tak biasa dan mungkin menggelikan terlihat di Queensland dan New South Wales, Australia, sebab ribuan tikus merajalela dan menguasai jalanan. 



Penduduk kewalahan membersihkan kotoran tikus


Tikus yang merajalela tak terkendali membuat penduduk Queensland dan New South Wales, kewalahan membersihkan kotoran hewan yang berserakan di segala penjuru kota.


Jumlah tikus yang masif membuat penduduk setidaknya membutuhkan waktu enam jam untuk membersihkan kotorannya.


Penduduk setempat menggambarkan kegilaan hewan pengerat itu sebagai 'wabah' karena lebih parah dari apapun yang telah mereka lihat selama beberapa dekade.


Hotel-hotel tutup karena tak bisa mengusir mahluk itu dari kamar, sementara beberapa petani kehilangan seluruh panen gandum karena amukan tikus. 



600 tikus ditangkap setiap malam


Staf di sebuah toko bahan makanan di kota kecil barat laut Sydney, Australia, juga melaporkan menangkap sebanyak 600 tikus setiap malam.


Yang mengenaskan adalah setidaknya tiga orang telah mengunjungi rumah sakit karena gigitan hewan pengerat tersebut.


Steve Henry, peneliti di badan sains nasional Australia (CSIRO) tampaknya lupa bahwa pemangsa terbesar tikus adalah kucing, sebab ia justru menyebut jika wabah tikus kemungkinan besar terjadi karena panen gandum yang luar biasa besar.


Demi menanggulangi serangan tikus, penduduk setempat memasang jebakan ekstra, sedangkan petani di dekat Queensland baru saja mendapatkan izin untuk menggunakan droen dan menjatuhkan umpan racun pada tikus.



Tikus vektor penyakit


Seorang petani di New South Wales, Alan Brown, memperkirakan kalau wabah kemungkinan baru saja mulai, jika mengingat kecepatan perkembangbiakan tikus, sepasang tikus bisa menghasilkan anak baru setiap 20 hari atau lebih, melahirkan lebih dari 500 keturunan dalam satu musim.


Selain menjadi gangguan dan ancaman bisnis, wabah tikus juga dapat menjadi vektor penyakit, bakteri Salmonella yang biasanya ditularkan ke orang melalui makanan terkontaminasi urin atau kotoran (tikus) yang terinfeksi, sehingga dapat menyebabkan gastroenteritis akut.




Sumber: The New York Times, Live Science, The Guardian, Kompas


 

Comments