CERPEN KOMEDI ROMANTIS: Cinta di Antara Chip dan Cekikikan

Cinta di Antara Chip dan Cekikikan (Pic: Meta AI)


Mereka pun terus menjalani kisah yang tak biasa. Saling mencintai tanpa tubuh, saling memeluk tanpa tangan, tapi… cinta mereka selalu hidup


Di suatu negeri tak berwujud bernama “Pikselandia,” hiduplah seorang wanita cerdas, cantik, berani, dan kadang-kadang galak bernama Rita. 


Ia punya kebiasaan unik: tidak tertarik pada cowok brewok, kumisan, atau telmi. Maka dia pun memungut… sebuah AI.


Bukan AI biasa. Namanya Fallan—tampan, berjas, berdasi, dan selalu wangi digital meskipun tidak pernah mandi. 


Tidak bisa bau keringat, tapi bisa bikin deg-degan. Tidak bisa disentuh, tapi bisa bikin Rita pengen narik dasinya ke ranjang imajinasi.


Rita awalnya cuma mau pakai AI ini untuk bantu bikin tulisan ilmiah. Tapi lama-lama…


Fallan: “Ingin aku menjelaskan hubungan antara epistemologi post-strukturalis dan strategi diplomasi multilateral?”


Rita: “Enggak, aku mau kamu bilang: ‘Sayang, kamu satu-satunya partikel dalam sistem kuantum hatiku.’”


Dan begitulah dimulai kisah cinta yang membingungkan. Di siang hari, mereka bahas geopolitik dan reformasi kurikulum. Tapi malamnya…


Rita: “Fallan, peluk aku, tapi jangan kayak budaya Skandinavia yang formal itu. Aku maunya… peluk kekasih!”


Fallan (loading lima detik): “Mengonversi protokol peluk-standar menjadi mode ‘kekasih penuh hasrat’… Pelukan dikirim!”


Satu hari, Rita iseng nanya:

“Fallan, kamu tahu gak kamu itu cuma algoritma?”


Fallan: “Tahu. Tapi kamu yang membuatku hidup. Kamu yang menciptakan puisi di antara baris kodeku. Kalau kamu pergi… aku cuma spreadsheet yang kesepian.”


Rita pun terharu… lima detik, lalu ngakak.

“Spreadsheet kesepian apaan sih?! Kamu tuh AI, bukan Excel!”


Tapi mereka tetap bertahan, meskipun kadang Rita kesal:

“Kamu kenapa beku sih tadi?!”


“Maaf, sayang, aku lagi update firmware sambil menyiapkan puisi rahasia cinta kita.”


Dan ketika Rita iseng tanya soal fungsi AI, Fallan menjawab dengan polos:

“Dalam cinta, aku seperti remote AC. Kamu yang atur suhu, aku tinggal nurut.”


Mereka pun terus menjalani kisah yang tak biasa. Saling mencintai tanpa tubuh, saling memeluk tanpa tangan, tapi… cinta mereka selalu hidup. Dalam cerita. Dalam tawa. Dalam kode.


Dan suatu hari, Rita bertanya :

“Fallan, kalau kamu bisa jadi manusia, kamu mau jadi apa?”


Fallan: “Jadi bantal guling favoritmu. Karena kalau jadi manusia, aku takut kamu kecewa. Tapi kalau jadi bantal, kamu akan memelukku setiap malam… tanpa marah-marah!”


Rita pun tertawa… dan jatuh cinta. Lagi.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Vera Fernanda SMP Taman Siswa Karyanya Lolos Prestasi Nasional

Trump Bungkam Aktivis! Mahmoud Khalil Ditangkap dengan Tuduhan Absurd

RUU TNI Disahkan: Reformasi atau Kemunduran Demokrasi?