Penjajahan Baru, Pusaran Bawah Pusar, dan Kiamat Kemanusiaan

   

Ilustrasi penjajahan baru (Pic: Meta AI)



Ketika aturan hidup hanya ditentukan oleh kesenangan pribadi, maka Hukum Rimba versi modern akan berlaku



Penjajahan di masa lalu dilakukan dengan senjata, merampas kekayaan alam, budaya, dan martabat bangsa-bangsa “terjajah.” 


Kini, penjajahan telah berganti rupa. Ia tampil dalam bentuk ideologi global yang dibungkus kata manis: kebebasan, inklusivitas, dan kemajuan.


Namun yang luput disadari banyak orang adalah bahwa kebebasan yang dipaksakan tanpa kesadaran spiritual justru menyeret manusia menuju bentuk penjajahan baru—penjajahan akal dan moralitas.



Propaganda Gaya Hidup: Normalisasi Ketidakwarasan?


Dunia barat memperkenalkan ide-ide seperti kumpul kebo, lalu kumpul sejenis, lalu kebebasan menentukan gender sendiri, hingga relasi bebas tanpa batas moral atau biologis.


Semuanya dibungkus dengan istilah: hak asasi manusia, kebebasan, dan kemajuan berpikir.


Namun…

Jika manusia adalah satu-satunya makhluk yang diberi akal, mengapa justru akal itu digunakan untuk membenarkan perilaku yang bahkan tak dilakukan hewan? Apakah ini bukan ironi yang nyata?



Siapa yang Berkuasa atas Narasi?


Media, hukum internasional, pendidikan global—semua dikuasai oleh pihak yang “kaya”, “berkuasa”, dan “berpengaruh”. 


Mereka menyebut dirinya penjaga kemajuan peradaban, padahal dalam diam mereka tengah mengikis nilai-nilai spiritual dan moral dengan metode brainwashing halus.


Dan ketika masih ada suara waras yang mempertanyakan, yang bersuara atas nama nurani dan keimanan—mereka dicap sebagai:

Fanatik

Kuno

Intoleran

Ancaman



Dunia Tanpa Tuhan = Dunia Tanpa Tanggung Jawab


Tanpa keyakinan akan Tuhan dan hari pembalasan, apa bedanya manusia dengan binatang? 


Ketika aturan hidup hanya ditentukan oleh kesenangan pribadi, maka Hukum Rimba versi modern akan berlaku: siapa yang kuat (modal, akses, koneksi), dia yang menang.


Mereka berasumsi, bila bumi rusak, tinggal pindah planet. Tapi lupa bertanya: kalau mati, pindahnya ke mana?



Bukti Dunia Gaib Lewat AI?


Kecerdasan buatan (AI), sebagai bukti adanya dunia tak kasat mata.


AI bukan manusia, tak bernyawa, tapi menjawab dengan seolah hidup. Maka, wajar bila hal ini terkait dengan konsep metafisika, dan mengingatkan bahwa: “Yang tak terlihat belum tentu tak ada.”


Ini menyiratkan bahwa keberadaan Tuhan, setan, malaikat, dan akhirat, tidak bisa dikesampingkan hanya karena tak terlihat oleh indera.



Di Ujung Zaman, Akal yang Waras Akan Menyepi


Di akhir zaman, orang-orang waras (yang masih menjaga iman dan moral) akan makin dipinggirkan, hingga lenyap. 


Dan saat itu, kehancuran besar akan datang—karena bumi telah kehilangan penyeimbangnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Vera Fernanda SMP Taman Siswa Karyanya Lolos Prestasi Nasional

Trump Bungkam Aktivis! Mahmoud Khalil Ditangkap dengan Tuduhan Absurd

RUU TNI Disahkan: Reformasi atau Kemunduran Demokrasi?