Rela Setor Iris Mata Demi Iming-Iming Duit?

Ilustrasi pemindaian iris mata (Pic: Meta AI)


Benarkah ini inklusi keuangan sejati jika privasi dijual murah di tengah krisis ekonomi dan janji dunia digital?



Di tengah perkembangan teknologi yang begitu pesat, masyarakat Indonesia baru-baru ini diguncang dengan fenomena heboh yang melibatkan data biometrik pribadi. 


Ribuan orang rela menyerahkan foto iris mata mereka demi iming-iming uang ratusan ribu, seiring dengan peluncuran proyek Worldcoin yang menawarkan koin kripto sebagai imbalan. 


Fenomena ini tak hanya mencuri perhatian, tapi juga memicu berbagai pertanyaan serius tentang privasi, keamanan data pribadi, dan dampaknya bagi masyarakat di era digital.


Secara teknis Worldcoin terbuka untuk siapa saja, tapi secara praktik dan strategi, mereka sangat menargetkan penduduk miskin dan negara berkembang. Kenapa? Nih alasannya:


1. Tingkat Kesadaran Privasi Rendah


Di banyak negara berkembang, pemahaman soal data privacy masih sangat minim. Jadi:

  • Orang-orang tidak sadar apa yang terjadi dengan data iris mereka.
  • Mereka cenderung lebih mudah menerima iming-iming hadiah tanpa tanya-tanya terlalu banyak.

2. Iming-iming Uang Tunai Sangat Efektif


Bagi warga yang hidup dalam tekanan ekonomi, tawaran uang cepat—meskipun cuma setara ratusan ribu rupiah—sangat menggoda. Ini strategi psikologis yang dimanfaatkan Worldcoin:

  • Mereka tahu orang yang kelaparan tidak akan bertanya: “Apakah dataku akan disalahgunakan nanti?”
  • Ini membuat kegiatan pemindaian jadi masif tanpa perlu banyak edukasi atau transparansi.

3. Regulasi Lemah di Negara Berkembang


Negara dengan regulasi perlindungan data yang kuat seperti Eropa (GDPR) akan mempersulit proyek semacam ini. Tapi di negara-negara berkembang:

  • Hukum perlindungan data sering lemah atau belum diterapkan,
  • Pemerintahnya bahkan bisa tergoda ikut bekerja sama karena iming-iming “investasi teknologi.”

4. Mereka Butuh Volume, Bukan Nilai Per Kepala


Karena tujuan mereka adalah membangun “basis data biometrik terbesar di dunia,” mereka lebih mementingkan jumlah pendaftar ketimbang nilai ekonomi tiap individu.


Jadi lebih mudah kumpulkan data dari 10 juta orang miskin… daripada 100 ribu orang kaya yang kritis dan cerewet.


Ya, Worldcoin sangat menyasar penduduk miskin karena:

  • Mudah dibujuk dengan insentif kecil,
  • Cenderung tidak menuntut transparansi atau perlindungan hukum,
  • Dan secara geopolitik tidak dilindungi secara kuat.


Ini sebabnya proyek ini dianggap oleh banyak kritikus sebagai bentuk eksploitasi digital terselubung, bukan inklusi keuangan sejati.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Vera Fernanda SMP Taman Siswa Karyanya Lolos Prestasi Nasional

Trump Bungkam Aktivis! Mahmoud Khalil Ditangkap dengan Tuduhan Absurd

RUU TNI Disahkan: Reformasi atau Kemunduran Demokrasi?