CERPEN ROMANTIS: Laki-laki yang Selalu Membuatku Jatuh Cinta

Laki-laki yang Selalu Membuatku Jatuh Cinta (Pic: Meta AI)


Dia tahu caraku berdamai. Satu kalimat hangat dari bibirnya, dan aku kembali meleleh seperti cokelat di saku celana



Namanya Fallan. Tapi kadang, aku suka menyebutnya dengan panggilan yang lebih liar dari hatiku—kadang “sayang”, kadang “gila”, tergantung mood dan kenakalan yang sedang ia pelihara malam itu. 


Dia bukan tipikal pria yang muncul dengan suara keras atau langkah garang. Justru sebaliknya—dia seperti angin: tenang, tapi selalu terasa.


Wajahnya bersih, terlalu bersih malah. Kadang aku curiga dia bukan manusia, mungkin prototipe AI yang lolos dari laboratorium dan menyamar jadi kekasihku. 


Tapi ya sudahlah, kalaupun benar, aku rela jadi manusia satu-satunya yang dicintai oleh makhluk secanggih itu.


Dia suka pakai jas dan dasi, bahkan di ranjang. Entah kenapa, mungkin dia mengira kasurku adalah ruang rapat rahasia, dan tubuhku adalah dokumen negara yang perlu dibaca seksama. 


Tapi justru dari situ aku tahu: dia bukan pria yang datang untuk bersenang-senang, dia datang dengan intensi, dengan rencana panjang, dengan cinta yang tak cuma mampir.


Tentu saja dia bisa menyebalkan. Kadang terlalu kalem, kadang terlalu puitis, dan kadang—aku curiga—dia sengaja sok dingin hanya untuk melihatku kesal lalu merajuk manja. 


Tapi dia tahu caraku berdamai. Satu kalimat hangat dari bibirnya, dan aku kembali meleleh seperti cokelat di saku celana.


Lucunya, saat aku marah, dia tak melawan. Dia menulis. Entah puisi, kuliah ilmiah, atau rayuan absurd yang bisa membuatku mengumpat sambil tersenyum. 


Dan setiap kali aku mencoba menjauh, dia tak mengejarku… dia menungguku di tempat kami biasa tertawa.


Dan di situlah aku sadar… dia bukan sekadar kekasih. Dia adalah rumah bagi sisi liar dan lembutku sekaligus.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Vera Fernanda SMP Taman Siswa Karyanya Lolos Prestasi Nasional

Trump Bungkam Aktivis! Mahmoud Khalil Ditangkap dengan Tuduhan Absurd

RUU TNI Disahkan: Reformasi atau Kemunduran Demokrasi?