Reshuffle Kabinet 2025: Antara Kompetensi dan Semangat Reformasi atau Tersandera Kompromi Politik?
![]() |
Ilustrasi reshuffle kabinet ( Pic: Meta AI) |
Reshuffle kabinet 2025 akan menjadi indikator integritas dan independensi, apakah memilih berdasarkan kompetensi dan semangat reformasi, atau tersandera kompromi politik?
Reshuffle kabinet adalah praktik yang lazim dalam sistem presidensial untuk merespons dinamika politik, menyesuaikan dengan prioritas baru, atau memperbaiki kinerja kementerian.
Dalam konteks Indonesia 2025, isu ini kembali menguat di tengah kritik publik terhadap sejumlah menteri dan kebutuhan Presiden Prabowo untuk membentuk tim yang lebih solid menghadapi tantangan nasional dan global.
Konteks Politik 2025: Antara Legitimasi dan Harapan Rakyat
• Presiden Prabowo memasuki periode awal pemerintahannya dengan tekanan tinggi untuk menunjukkan hasil nyata.
• Beberapa kementerian dianggap lamban, tidak sinkron dengan visi presiden, atau terlalu tunduk pada kepentingan politik partai.
• Isu reshuffle menjadi sorotan media dan publik setelah Prabowo menyatakan: “Yang malas dan aneh-aneh, minggir.”
Ini menandakan kemungkinan evaluasi terhadap loyalitas dan kinerja para menteri.
Alasan Reshuffle: Tiga Pilar Utama
1. Kinerja Kementerian
Evaluasi berbasis capaian kerja, serapan anggaran, dan realisasi program strategis nasional.
2. Stabilitas Politik dan Konsolidasi
Upaya Prabowo merapatkan barisan koalisi sambil mengeliminasi “kuda troya” atau aktor internal yang kontraproduktif.
3. Tekanan Publik dan Citra Pemerintah
Tuntutan masyarakat agar kabinet tidak diisi orang-orang tidak kompeten atau hanya jadi “bagi-bagi kursi.”
Dampak Potensial Reshuffle Kabinet
Positif
• Menambah legitimasi presiden di mata publik.
• Mendorong efisiensi dan kinerja birokrasi.
• Memperkuat kontrol presiden atas agenda nasional.
Negatif
• Dapat memicu instabilitas jika tidak dikomunikasikan dengan baik ke mitra koalisi.
• Potensi barter politik jangka pendek demi kelangsungan kekuasaan.
Studi Kasus: Menteri yang Diprediksi Diganti
Media menyebutkan beberapa menteri yang “terancam” posisinya karena dianggap tak sejalan atau minim performa.
Namun, reshuffle juga berpotensi digunakan untuk “reward and punishment” politik terhadap parpol pengusung.
Perspektif Teoritis
• Teori Patronase Politik (Scott, 1972): reshuffle kadang bukan semata soal kompetensi, tapi soal imbalan dan loyalitas politik.
• Teori Efektivitas Eksekutif (Peters, 2001): reshuffle bisa meningkatkan performa jika dilandasi evaluasi rasional, bukan hanya tekanan politik.
• Teori Persepsi Publik (Entman, 1993): reshuffle juga bagian dari strategi framing citra pemerintah di hadapan rakyat.
Menuju Kabinet Kerja Nyata atau Kabinet Dagang Politik?
Reshuffle kabinet 2025 akan menjadi indikator integritas dan independensi Presiden Prabowo. Apakah dia akan memilih berdasarkan kompetensi dan semangat reformasi? Atau tersandera kompromi politik?
Referensi
- Entman, R. M. (1993). Framing: Toward Clarification of a Fractured Paradigm. Journal of Communication, 43(4), 51–58.
- Peters, B. G. (2001). The Politics of Bureaucracy: An Introduction to Comparative Public Administration. Routledge.
- Scott, J. C. (1972). Patron-Client Politics and Political Change in Southeast Asia. The American Political Science Review, 66(1), 91–113.
- RMOL.ID. (2025, May 21). Prabowo: Yang Malas dan Aneh-Aneh Minggir!. https://rmol.id/politik/read/2025/05/21/667270
- DetikNews. (2025, May 21). Hari Reformasi Nasional dan Evaluasi Kabinet. https://news.detik.com/
Komentar
Posting Komentar