Jejak Digital Jumhur Hidayat dalam Cellebrite

Cellebrite alat canggih besutan intelijen Israel (pic: appleinsider.com)


Cellebrite dikembangkan oleh para mantan anggota penegak hukum di sejumlah negara dan unit intelijen Israel



Masih ingat kasus Jumhur Hidayat petinggi Komite Eksekutif Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) yang didakwa jaksa sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong yang menimbulkan kericuhan tahun lalu?


Jumhur mengunggah konten yang diduga bernada kebencian dan berita bohong bernuansa SARA di media sosial yang mengakibatkan terjadinya anarkisme dan vandalisme dalam unjuk rasa menentang UU Cipta Kerja. 


Akibat memposting kalimat "UU memang untuk primitif, investor dari RRC dan pengusaha rakus". Ia pun dijerat dengan dua pasal alternatif, yaitu Pasal 14 ayat (1) juncto Pasal 15 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 KUHP atau Pasal 45A ayat (2) juncto Pasal 28 ayat (2) UU No.19/2016 tentang Perubahan UU No.11/2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.



Mabes Polri menggunakan Cellebrite


Dalam sidang lanjutan Jumhur Hidayat, pada Senin, 5 April 2021, jaksa penuntut umum menghadirkan seorang pegawai Mabes Polri, Asep Saputra, ahli forensik digital sebagai saksi. 


Dari penjelasan Asep tentang tahapan pengambilan data digital inilah, terungkap fakta terbaru bahwa Mabes Polri menggunakan perangkat dan aplikasi buatan Israel, Cellebrite, untuk mencari jejak digital Jumhur.


Lalu, apa itu Cellebrite? 



Cellebrite


Cellebrite adalah perusahaan firma forensik data dengan spesialisasi perolehan data, transfer data, analisa ponsel, dan perangkat mobile yang dimiliki oleh Sun Corporation yang berpusat di Petah Tikva, Israel.


Perusahaan yang didirikan pada 1999 ini pada awalnya hanya menawarkan jasa transfer data dari satu ponsel ke ponsel lain yang  diperlukan para retailer mobile saat pelanggan melakukan upgrade dari ponsel lama ke ponsel baru, itulah alasan kenapa Motorola, Nokia, dan Verizon menjadi pelanggan Cellebrite.


Seiring waktu Cellebrite mengembangkan keahliannya tersebut menjadi bisnis baru, yaitu menawarkan tool untuk melewati sekuriti, lalu mengambil data dari ponsel untuk keperluan forensik dan penegak hukum.


Hingga di awal 2007, Cellebrite mengklaim mampu membobol lebih dari 1.000 model perangkat yang terdiri dari berbagai perangkat ponsel dan PDA.



Andalan FBI


FBI sampai saat ini masih mengandalkan jasa Cellebrite untuk membobol ponsel-ponsel yang dimliki oleh para tersangka dalam kasus kejahatan. 


Data yang bisa disedot oleh Cellebrite UFED TOuch antara lain informasi detail kemana saja di pemilik ponsel pergi, berbicara dengan siapa, lengkap dengan keterangan waktu yang detail. Yang pasti, semua jejak aktivitas yang terekam di handphone atau pun dicatat oleh aplikasi pihak ketiga seperti Google Maps, dapat dilacak dengan mudah. 


Cellebrite juga mengambil data-data dari perangkat elektronik, seperti gawai, komputer, tablet, kartu penyimpan data (memory card), sampai perangkat keras penyimpan data (hard disk).



Pengembangnya mantan penegak hukum dan intelijen Israel


Cellebrite dikembangkan oleh para mantan anggota penegak hukum di sejumlah negara dan unit intelijen Israel, yang dipimpin oleh Yossi Carmil sebagai CEO.


Situs resmi perusahaan itu mencatat, polisi di 25 dari 27 negara anggota Uni Eropa, 20 kota besar di Amerika Serikat, dan 10 dari 20 kota terbesar di dunia memakainya.

Selain kepolisian, teknologi ini juga digunakan oleh perbankan, perusahaan perangkat lunak, telekomunikasi, sampai perusahaan farmasi.


Akibat kontroversinya teknologi ini karena dapat digunakan dengan atau tanpa persetujuan individu, sehingga di 2011, American Civil Liberties Union cabang Michigan pernah mempertanyakan apakah pasukan Polisi Negara Bagian Michigan menggunakan Cellebrite UFED Touch untuk memata-matai ponsel warga secara tidak sah.


Di Indonesia sendiri Cellebrite UFED Touch pernah digunakan Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Mabes Polri Cabang dalam kasus pelanggaran UU ITE seorang artis. 


Dan sekarang, kepolisian kembali menggunakan teknologi canggih ini untuk menyedot data dalam kasus Jumhur Hidayat.






Sumber: tempo.co, antaranews.com,  zdnet.com, cellebrite.com, cyberthreat.id


 

Comments